KELAS : 3EA17
NPM : 10210090
MATKUL : BAHASA INDONESIA 2
pengertian dari resensi?
Resensi /résénsi/ n menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) adalah pertimbangan atau pembicaraan tentang buku;
ulasan buku:
Sedangkan kata "mengulas" v itu
sendiri mempunyai arti memberkan penjelasan dan komentar; menafsirkan
(penerangan lanjut, pendapat, dsb); mempelajari (menyelidiki) dan kata
"ulasan" n mempunyai arti kupasan; tafsiran; komentar:
Resensi berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata kerja
revidere atau recensere. Artinya melihat kembali, menimbang, atau menilai. Arti
yang sama untuk istilah itu dalam bahasa Belanda dikenal dengan recensie,
sedangkan dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah review. Tiga istilah itu
mengacu pada hal yang sama, yakni mengulas buku.
Tindakan meresensi dapat berarti memberikan
penilaian, mengungkap kembali isi buku, membahas, atau mengkritik buku. Dengan
pengertian yang cukup luas itu, maksud ditulisnya resensi buku tentu
menginformasikan isi buku kepada masyarakat luas
Secara singkat, resensi ialah suatu tulisan atau
ulasan mengenai nilai sebuah hasil karya. Tujuan resensi adalah menyampaikan
kepada para pembaca apakah sebuah buku atau hasil karya itu patut mendapat
sambutan dari masyarakat atau tidak.
Lebih detil lagi, tujuan resensi adalah:
- Memberikan
informasi atau pemahaman yang komprehensif (mendalam) tentang apa yang
tampak dan terungkap dalam sebuah buku.
- Mengajak
pembaca untuk memikirkan, merenungkan, dan mendiskusikan lebih jauh
fenomena atau problema yang muncul dalam sebuah buku.
- Memberikan
pertimbangan kepada pembaca apakah buku itu pantas mendapat sambutan dari
masyarakat atau tidak.
Setelah mengetahui definisi serta tujuan
dari resensi yang dibuat oleh resentator, kira-kira unsur apa saja yang
terkandung di dalam sebuah resensi?
Daniel Samad (1997: 7-8) menyebutkan unsur-unsur
resensi adalah sebagai berikut:
ü
Membuat judul resensi
Judul resensi yang menarik dan benar-benar menjiwai
seluruh tulisan atau inti tulisan, tidakharus ditetapkan terlebih dahulu. Judul
dapat dibuat sesudah resensi selesai. Yang perlu diingat, judul resensi selaras
dengan keseluruhan isi resensi.
ü
Menyusun data buku
Data buku biasanya disusun sebagai berikut:
- Judul buku (Apakah buku itu termasuk buku hasil
terjemahan. Kalau demikian, tuliskan judul aslinya.);
- Pengarang (Kalau ada, tulislah juga penerjemah,
editor, atau penyunting seperti yang tertera pada buku.);
- Penerbit;
- Tahun terbit beserta cetakannya (cetakan ke
berapa);
- Tebal buku;
- Harga buku (jika diperlukan).
ü
Membuat pembukaan
- Pembukaan dapat dimulai dengan hal-hal berikut
ini:
- Memperkenalkan siapa pengarangnya, karyanya
berbentuk apa saja, dan prestasi apa saja yang diperoleh;
- Membandingkan dengan buku sejenis yang sudah
ditulis, baik oleh pengarang sendiri maupun oleh pengarang lain;
- Memaparkan kekhasan atau sosok pengarang;
- Memaparkan keunikan buku;
- Merumuskan tema buku;
- Mengungkapkan kritik terhadap kelemahan buku;
- Mengungkapkan kesan terhadap buku;
- Memperkenalkan penerbit;
- Mengajukan pertanyaan;
- Membuka dialog.
ü
Tubuh atau isi pernyataan resensi buku
Tubuh atau isi pernyataan resensi biasanya memuat
hal-hal di bawah ini:
a. sinopsis atau isi buku secara bernas dan
kronologis;
b. ulasan singkat buku dengan kutipan secukupnya;
c. keunggulan buku;
d. kelemahan buku;
e. rumusan kerangka buku;
f. tinjauan bahasa (mudah atau berbelit-belit);
g. adanya kesalahan cetak.
ü
Penutup resensi buku
Bagian penutup, biasanya berisi buku itu penting
untuk siapa dan mengapa.
Terakhir, bagaimana cara membuat resensi
itu sendiri? Bagaimana langkah-langkah di dalam membuat resensi yang baik?
Ketika melakukan kegiatan meresensi, hendaklah
perhatikan langkah-langkah meresensi buku sebagai berikut.
1. Penjajakan atau pengenalan terhadap buku yang
diresensi,mulai dari tema buku yang diresensi, disertai deskripsi isi
buku,siapa yang menerbitkan buku itu, kapan dan di mana diterbitkan, tebal
(jumlah bab dan halaman), format, hingga harga.Siapa pengarangnya: nama, latar
belakang pendidikan, reputasi dan prestasi, buku atau karya apa saja yang
ditulis, hingga mengapa ia menulis buku itu. Buku itu termasuk golongan buku
yang mana: ekonomi, teknik, politik, pendidikan, psikologi, sosiologi,
filsafat, bahasa, atau sastra.
2. Membaca buku yang akan diresensi secara
komprehensif, cermat, dan teliti. Peta permasalahan dalam buku itu perlu
dipahami secara tepat dan akurat.
3. Menandai bagian-bagian buku yang diperhatikan
secara khusus dan menentukan bagian-bagian yang dikutip untuk dijadikan data.
4. Membuat sinopsis atau intisari dari buku yang
akan diresensi.
5. Menentukan sikap dan menilai hal-hal berikut.
- Organisasi atau kerangka penulisan; bagaimana
hubungan antara bagian yang satu dan bagian yang lain, bagaimana sistematikanya,
dan bagaimana dinamikanya.
- Isi pernyataan; bagaimana bobot ide, analisis, penyajian data, dan kreativitas pemikirannya, bahasa; bagaimana ejaan yang disempurnakan diterapkan, kalimat dan penggunaan kata, terutama untuk buku ilmiah.
- Aspek teknis; bagaimana tata letak, tata wajah, kerapian dan kebersihan, dan pencetakannya (banyak salah cetak atau tidak).
- Isi pernyataan; bagaimana bobot ide, analisis, penyajian data, dan kreativitas pemikirannya, bahasa; bagaimana ejaan yang disempurnakan diterapkan, kalimat dan penggunaan kata, terutama untuk buku ilmiah.
- Aspek teknis; bagaimana tata letak, tata wajah, kerapian dan kebersihan, dan pencetakannya (banyak salah cetak atau tidak).
Sebelum menilai, alangkah baiknya jika terlebih
dahulu dibuat semacam garis besar (outline) resensi itu. Outline ini sangat
membantu kita ketika menulis, mengoreksi dan merevisi hasil resensi dengan
menggunakan dasar dan kriteria yang kita tentukan sebelumnya.
Untuk melengkapi pemaparan mengenai
resensi, saya sertakan bentuk resensi sebuah cerpen di bawah ini
RESENSI CERPEN
1). Indentitas Cerpen
a. Judul Cerpen
: Setangkai Bunga Bermahkota Biru
b. Nama
Pengarang : Umar Said
c. Tempat
Terbit : Yogyakarta
d. Tanggal
Terbit : 5 April 2009
e. Jumlah
Halaman : 3 Halaman
f. Jumlah kata-kata
: 1253 kata
2). Sinopsis Cerpen
Puspita, seorang gadis yang banyak tahu akan tentang
makna bunga mulai dari jenis bunga, makna tiap bunga yang ia kenal, warna
bunga, dan semua bagian-bagian bunga ia dapat mengartikan setiap bagian dari
bunga yang dikenalnya. Suatu hari ada seorang pria dengan sangat
memprihatinkannya duduk disebuah taman bersama seorang adiknya yang bermain di
taman ditaman tersebut. Puspita yang heran lantas menghampiri seorang pria yang
tengah termenung juga. Kebetulan juga pria tersebut menyukai bunga walaupun ia
sempat berkata “Aku juga tidak tahu kapan aku mulai menyukai bunga” pria itu
berkata kepada Puspita tentang satu bunga yang pernah pria itu milikki, tanpa
enggan Puspita menikmati cerita pria tersebut. Sekuntum bunga bukan anggrek dan
bukan juga mawar. Puspita yang mendengarnya langsung seloroh saja bercerita
tentang bunga anggrek sepengetahuannya; “Aku mengenal anggrek. Tahukah kau,
anggrek adalah simbol cinta, kemewahan, dan keindahan.” Si pria hanya menjawab
“aku tahu.” “Bangsa yunani menggunakan anggrek sebagai simbol kejantanan. Dan
bangsa tiongkok percaya aroma anggrek berasal dari tubuh kaisar mereka. Jika
anggrek muncul di mimpi seseorang, hal itu dipercaya sebagai simbol dari
kebutuhan akan kelembutan, romantisme, dan kesetiaan. Bahkan anggrek jadi bahan
baku utama dari ramuan cinta. Begitu dahsyat bukan?” Gadis itu panjang lebar
menceritakan kembali tentang bunga anggrek. Lama-kelamaan si pria justru ingin
mendengar tentang bunga mawar dan dengan senang hati Puspita bercerita; “Dari
budaya barat, kita mengenal mawar sebagai cinta dan kecantikan,” imbuh si
gadis. Bahkan di Inggris mawar dijadikan bunga nasional. Di Kanada, bunga mawar
liar merupakan bunga provinsi Alberta. Di Amerika Serikat, bunga mawar
merupakan bunga negara bagian Iowa, North Dakota, Georgia, dan New York. “Mawar
merupakan lambang dunia!,” teriak gadis itu lantang bersemangat. Puspita
melanjutkan; “Biasanya untuk menyatakan seberapa besar cinta. Satu tangkai
berarti cintaku hanya untukmu seorang. Dua tangkai, kau dan aku saling
mencintai. Tiga tangkai, aku cinta kamu. “Semakin banyak, semakin kuat
maknanya.” 100 tangkai, jadilah pasangan yang mengasihi sampai lanjut usia. 144
tangkai, mencintaimu pagi hingga malam selama-lamanya. 365 tangkai, memikirkanmu
setiap hari, mencintaimu setiap hari. Hingga 1001 tangkai yang melambangkan
cinta selamanya.” Si pria hanya berkata “banyak sekali, aku hanya memiliki
setangkai.” Dan pria itu menekankan bila pria itu memiliki satu tangkai bunga
namun memiliki banyak makna akan bunganya itu, lebih dari seribu tangkai, dan
mengartikannya sebagai Cinta Sepenuhnya ujar pria itu, seketika membuat Puspita
diam. Kemudian si Gadis bertanya kepada si pria tentang apa warna bunga pria
yang dimiliki pria itu, sempat tidak ada jawaban dari mulut si pria. Puspita
berkata;”Aku paham tentang warna-warna bunga.” namun akhirnya si pria berkata
“bungaku berwarna biru.” Namun Puspita tidak percaya dengan diperkuat dengan
pengetahuaannya tentang warna bunga; “Di mawar saja, merah lambang cinta
romantis. Putih, kesucian dan rahasia. Merah jambu, keanggunan dan kelembutan.
Kuning, persahabatan dan kegembiraan. Jingga, hasrat dan semangat, cinta yang
mulai tumbuh. Tak ada warna biru,” jelas gadis itu. namun pria itu bersikeras
bila bunganya berwarna biru;
“Tapi aku ingat, bunga itu bermahkota biru.”
“Apakah kau merasa kehilangan? Seperti aku
kehilangan makna warna biru.”
“Bisa jadi.”
“Jadi warna itu tinggal kenangan? Mengapa kau tak
memanamnya lagi?”
“Tidak.”
“Mengapa?”
“Karena aku takkan menanam bunga yang telah layu.”
Si gadis menatap heran. Ia tak mengerti. Seharusnya
bukankah pria itu bisa menanamnya lagi. Lelaki itu hanya menatap taman yang
penuh dengan bunga putih. Namun setelah berpikir beberapa saat, si gadis baru
mengerti. Tiba-tiba langit mendung. Suasana sedikit temaram. Romantis.
Titik-titik gerimis menyirami. Sejuk rasanya. Tercium aroma wangi tanah.
“Dan sekarang inginkah kau memiliki bunga lagi?”
“Tentu saja.”
“Benarkah?”
“Benar. Kenapa tidak.”
“Jika ada bunga berwarna biru, benar mau?”
“Yakin. Mau.”
“Kau tahu namaku Puspita?”
“Iya. Aku tahu.”
“Tahukah kau maknanya?”
“Tidak. Memangnya?”
“Puspita itu bunga. Sekarang jadikan aku bungamu.”
Seketika si lelaki mengalihkan pandang dari taman.
Bola matanya haru menatap tajam ke gadis bergaun biru itu.
3). Analisis Unsur Instrinsik
a.
Tema
: Bunga yang Melambangkan Cinta
b.
Setting :
Suatu sore yang mendung di suatu taman dengan penuh bunga putih
c.
Alur
: Campuran
d.
Tokoh :
Si Pria kaku dan Puspita, gadis banyak tahu tentang makna bunga
e.
Perwatakan : Si Pria ( kaku dan banyak diam ), Puspita
( cerdas dan sangat ingin tahu )
f. Sudut Pandang :
Pengarang sebagai orang ketiga yang banyak tahu
g.
Amanat : “Segala
sesuatu yang telah tercipta dalam kehidupan ini tidak dilahirkan begitu saja
tanpa makna dan sebuah arti. Contoh ringanya setangkai bunga yang tiap-tiap bentuk,
jumlah tangkai, warna mahkota, dan harumnya. Seperti yang Puspita ceritakan. Jadi,
semua yang ada pada kehidupan kita ini memiliki artinya sendiri sama seperti manusia
yang memiliki arti hidupnya masing-masing dengan bunganya masing-masing.”
tanpa makna dan sebuah arti. Contoh ringanya setangkai bunga yang tiap-tiap bentuk,
jumlah tangkai, warna mahkota, dan harumnya. Seperti yang Puspita ceritakan. Jadi,
semua yang ada pada kehidupan kita ini memiliki artinya sendiri sama seperti manusia
yang memiliki arti hidupnya masing-masing dengan bunganya masing-masing.”
4). Analisis Unsur Ekstrinsik
a. Nilai moral : cinta selalu
membawa keindahan bagi setiap memilikinya beribu-ribu kali indahnya dari
memiliki seribu tangkai bunga mawar.
memiliki seribu tangkai bunga mawar.
b. Nilai sosial : semua hal yang
telah tercipta memiliki maknanya sendiri-sendiri, tidak terlahir tanpa
mempunyai maksud dan tujuannya.
mempunyai maksud dan tujuannya.
5). Keunggulan Cerpen
a. Menawarkan banyak
pengetahuan didalam isi cerita cerpen ini seperti halnya makna bunga-bunga yang
indah.
indah.
b. Bahasanya yang ringan
dan mudah dimengerti.
c. Tokohnya terdiri dari
dua tokoh yang membuat cerita menjadi satu-kesatuan cerita yang padu, tanpa
menghadirkan tokoh yang berlebihan didalam cerita.
menghadirkan tokoh yang berlebihan didalam cerita.
d. Ceritanya menganut
cerita yang mudah dipahami oleh kalangan remaja saat ini sehingga memungkinkan
menarik minat baca kaum muda.
menarik minat baca kaum muda.
6). Kelemahan Cerpen
a. Cerita yang terlalu
panjang dan menggantung.
b. Pembaca harus
benar-benar mengerti jalan ceritanya karena pemikiran pengarang yang tinggi
sehingga
ceritanya sulit untuk dicerna.
ceritanya sulit untuk dicerna.
7). Kesimpulan
“Berdasarkan dari keungglan dan
kelemahan cerpen diatas, sebagai perensensi suatu bacaan menilai
cerpen atau bacaan ini layak untuk di publikasikan di masyarakat.”
cerpen atau bacaan ini layak untuk di publikasikan di masyarakat.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar